Flowers for Humanity
Rabu, 19 Juli 2023 | 22:52
DR. Rizal Ramli, Mantan Menko Perekonomian dan Menko Maritim dan Sumber Daya
Teguh Santosa menyadari tengah hidup di era post-truth di mana opini publik lebih ditentukan oleh persepsi dan emosi -- bukan oleh fakta -- sehingga kabar bohong yang tidak berdasarkan fakta juga ujaran kebencian jadi lebih mudah mendominasi ruang publik. Dan lama kelamaan menjadi terasa biasa.
Itu kesan saya setelah membaca draft buku "Buldozer dari Palestina" ini. Saya juga mendapatkan kesan yang sama setelah membaca prequel buku ini yang berjudul "Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik".
Untuk bisa bertahan di era post-truth, Teguh berhati-hati dalam menyikapi informasi. Terutama dalam hal ini, informasi seputar "peristiwa" di atas panggung politik global.
Dengan mewawancarai Duta Besar negara sahabat, Teguh ingin mendapatkan jawaban dan penjelasan atas pertanyaan-pertanyaan yang selama ini mengendap di benaknya, juga di benak banyak orang tentang persoalan-persoalan tertentu.
Jawaban dan penjelasan yang disampaikan seorang diplomat senior yang disumpah untuk membela kepentingan bangsa dan negaranya sebagai yang utama, sudah barang tentu memiliki potensi "bias" yang tinggi. Karena itu Teguh secara sadar menjaga jarak antara dirinya dengan jawaban dan penjelasan yang disampaikan semua narasumber dalam kumpulan wawancara ini.
Dan lagi, alih-alih menggiring opini publik ke arah tertentu, Teguh memilih menampilkan hasil wawancara itu apa adanya. Dalam bentuk tanya jawab. Dia memberi kesempatan kepada setiap pembaca untuk memetik kesimpulan sendiri.
Bagi sebagian pembaca di era post-truth, metode Teguh ini barangkali akan dianggap sebagai metode yang melelahkan. Kelompok pembaca seperti ini biasanya ingin agar diberikan kesimpulan-kesimpulan yang instan, yang dramatis, yang sensasional, yang click bait.
Namun, sebagian pembaca lainnya, saya yakin, masih menyukai metode ini. Karena metode ini memberi kesempatan kepada mereka untuk memaksimalkan satu hal yang menjadi penanda kemanusiaan mereka, yakni akal pikiran.
Teguh Santosa adalah wartawan yang memiliki ketertarikan yang tinggi pada isu-isu politik global dan tata dunia. Sejak baru bekerja sebagai wartawan, dia sudah diberi kepercayaan untuk meliput peristiwa di arena politik dunia.
Dia satu dari sedikit wartawan Indonesia yang benar-benar memiliki jaringan internasional lintas negara, lintas benua. Itu antara lain dibuktikan oleh penerbitan buku ini, "Buldozer dari Palestina" dan buku yang terbit sebelumnya, "Perdamaian yang Buruk, Perang yang Baik".
Review DR. Rizal Ramli untuk buku draft "Buldozer dari Palestina" yang akan diluncurkan di Jaya Suprana School of Performing Arts pada 30 Juli 2023. Review ini diangkat menjadi kata pengantar di dalam buku itu.
Artikel Lainnya
Membuka Cerita Soewardjo Tirtosoepono
Minggu, 17 Maret 2024 | 05:15
Oleh: Linda Djalil, Wartawan Senior BUKU yang luar biasa. Seorang pejuang kemerdekaan yang bertumpuk pengalamannya, termasuk menjadi guru dari pemuda Sudirman yang akhirnya bernama Jenderal Sud ...
Merawat Ingatan Lewat Buku “Cinta, Kegigihan dan Patriotisme”
Senin, 12 Februari 2024 | 13:10
Oleh: Yayat R Cipasang, Wartawan PEPATAH Latin mengatakan, Verba volant, sricpta manent. Kira-kira artinya setiap ocehan atau teriakan akan berlalu bersama angin sedangkan tulisan akan abadi. ...
Rekam Jejak Capres Anies Baswedan di Mata Internasional
Jumat, 26 Januari 2024 | 00:15
Oleh: Samsul Muarif, Jurnalis Senior AGAK berbeda dari pemilu tahun-tahun sebelumnya, pemilu 2024 kali ini ditandai dengan terbitnya sebuah buku yang membahas salah satu pasangan calon presiden ...