Andaikatamologi dan Mahajurnalis Nusantara Jamanow

Sabtu, 10 November 2018 | 06:10

Jaya Suprana, Pendiri Museum Rekor Dunia-Indonesia

DI samping Kelirumologi, Humorologi, Alasanologi, Malumologi saya juga menggagas Andaikatamologi sebagai telaah melalui jalur andaikata terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di planet bumi ini.

Andaikatamologi pada hakikatnya sudah kerap digunakan oleh para ilmuwan sejarah ketika melakukan telaah sejarah terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di planet bumi ini.

Namun ternyata andaikatamologi juga potensial didayagunakan memenuhi kebutuhan untuk menyusun Kata Pengantar terhadap buku “Di Tepi Amu Darya” mahakarya mahajurnalis Nusantara jamanow, Teguh Santosa.

Andaikata saya Presiden Republik Indonesia maka pasti saya memilih para menteri saya bukan berdasar transaksi politik dengan para parpol, namun berdasar kenyataan kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan berdasar pertim- bangan profesionalisme the right man on the right place on the right time.

Maka andaikata saya Presiden Republik In- donesia, pasti saya akan memilih atau bahkan memaksa Teguh Santosa untuk duduk sebagai menteri di dalam kabinet saya berdasar apa yang saya baca di dalam buku “Di Tepi Amu Darya” sebagai suatu mahakarya jurnalisme politik sekaligus kebudayaan kelas langitan.

Kebetulan Teguh Santosa juga mahaguru saya tentang Korea Utara dan Maroko.

Namun terus terang dalam berandaikatalogi sebagai Presiden Republik Indonesia saya ma- sih menghadapi kesulitan dilematis mengenai Teguh Santosa saya angkat menjadi menteri apa. Sebab berdasar pertimbangan profesionalisme, kebetulan de facto Teguh Santosa sangat layak dan pantas mengemban tugas sebagai Menteri Luar Negeri namun sekaligus juga Menteri Komunikasi dan Informasi.

Maka andaikata saya Presiden Republik Indonesia, kemungkinan besar saya akan melakukan sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh para Presiden Republik Indo- nesia pendahulu saya. Saya akan maksimal memanfaatkan hak prerogatif saya sebagai Presiden Republik Indonesia untuk menetapkan dan memaksa Teguh Santosa menjadi Menteri Luar Negeri merangkap Menteri Komunikasi dan Informasi.

Segala kendala konstitusional mau pun birokratis saya delegasikan kepada Mensesneg untuk membereskannya. Pokoknya saya berke- hendak Teguh Santosa menjadi Menlu merangkap Menkominfo sebab bagi saya tidak ada orang lain yang lebih mampu mengemban kedua tugas beda bidang itu. Merdeka!

Pengantar untuk buku “Di Tepi Amu Darya”, karya Teguh Santosa, diterbitkan Booknesia, Oktober 2018

 

Artikel Lainnya

Membuka Cerita Soewardjo Tirtosoepono

Minggu, 17 Maret 2024 | 05:15

Oleh: Linda Djalil, Wartawan Senior BUKU yang luar biasa. Seorang pejuang kemerdekaan yang bertumpuk pengalamannya, termasuk menjadi guru dari pemuda Sudirman yang akhirnya bernama Jenderal Sud ...


Merawat Ingatan Lewat Buku “Cinta, Kegigihan dan Patriotisme”

Senin, 12 Februari 2024 | 13:10

Oleh: Yayat R Cipasang, Wartawan PEPATAH Latin mengatakan, Verba volant, sricpta manent. Kira-kira artinya setiap ocehan atau teriakan akan berlalu bersama angin sedangkan tulisan akan abadi. ...


Rekam Jejak Capres Anies Baswedan di Mata Internasional

Jumat, 26 Januari 2024 | 00:15

Oleh: Samsul Muarif, Jurnalis Senior AGAK berbeda dari pemilu tahun-tahun sebelumnya, pemilu 2024 kali ini ditandai dengan terbitnya sebuah buku yang membahas salah satu pasangan calon presiden ...


"When I look back, I am so impressed again with the life-giving power of literature. If I were a young person today, trying to gain a sense of myself in the world, I would do that again by reading, just as I did when I was young."

- Maya Angelou